Calvin Verdonk adalah banteng Timnas Indonesia. Dia tak kenal lelah, sosoknya menjelajahi seluruh lapangan. Verdonk memberi daya hidup bagi semua rekannya. Dia ada di mana-mana.
Ketika melawan Arab Saudi, kakinya sudah kram, sempat terpincang-pincang, tapi dengan kekerasan hati luar biasa Verdonk tetap berlari. Dan dia andil besar atas lahirnya gol kedua Marselino.
Rasa sakit, kelelahan luar biasa, dibingkainya dengan totalitas nasionalisme hebat yang membuat Verdonk bak banteng ketaton bagi Timnas. Maka tak heran, tatkala peluit panjang berbunyi menyatakan kemenangan Timnas atas Arab Saudi - Verdonk yang paling awal menangis dan terduduk di rumput hijau GBK.
Keringat dan air matanya yang menetes seperti berbisik kepada rumput hijau GBK:
"Aku telah memberikan segalanya untukmu rumput hijau negeriku."
Air mata Verdonk sesungguhnya air mata kita semua yang merindukan kegembiraan itu, yang mendambakan kebanggaan itu. Air mata Verdonk adalah air mata nasionalisme. Air mata Verdonk jauh lebih bermakna daripada senyum culas dan jahat mereka yang merasa pribumi (baca: WNI non naturalisasi) di TV, saat tertangkap mencuri uang rakyat serta menggarong sumber kekayaan negeri.
Beri komentar dengan bijak