Selama beberapa dekade, lanskap bulutangkis dunia seolah menjadi panggung eksklusif bagi para raksasa Asia.
Namun, dalam dua dekade terakhir, sebuah kebangkitan fenomenal telah terjadi di benua Eropa. Dari tanah kelahiran olahraga ini di Inggris, hingga kekuatan baru yang bermunculan, Eropa kini bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan penantang serius yang siap mengukir sejarah.
Baca juga : https://azkadinaku.blogspot.com/2025/06/bantuan-gubernur-jawa-tengah-untuk.html
Jauh sebelum gemuruh stadion Asia memuja para pahlawan bulutangkis, cikal bakal olahraga ini sebenarnya lahir di tanah Eropa, tepatnya di Badminton House, Gloucestershire, Inggris, pada pertengahan abad ke-19.
Namun, setelah menyebar ke berbagai penjuru dunia, khususnya Asia, dominasi Eropa meredup. Denmark menjadi satu-satunya benteng yang teguh, melahirkan legenda seperti Erland Kops dan Morten Frost, yang gigih melawan arus dominasi Asia.
Namun, angin perubahan mulai bertiup kencang di awal abad ke-21. Denmark tetap menjadi lokomotif utama, dengan nama-nama seperti Peter Gade yang memukau dunia dengan gaya bermainnya yang elegan, disusul kemudian oleh duo ganda putra legendaris Mathias Boe/Carsten Mogensen dan ganda putri tangguh Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl yang berhasil meraih berbagai gelar bergengsi, termasuk medali perak Olimpiade 2016 dan All England 2018.
Puncak kebangkitan ini ditandai dengan munculnya generasi emas yang tak hanya konsisten, tetapi juga mampu mengukir sejarah di panggung global. Viktor Axelsen dari Denmark, adalah ikon kebangkitan Eropa. Dengan postur tinggi dan smes kerasnya, Axelsen berhasil mematahkan dominasi tunggal putra Asia dengan meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 dan gelar Juara Dunia berkali-kali (2017, 2022). Ia menjadi simbol bahwa Eropa pun bisa menghasilkan pemain tunggal putra kelas wahid.
Tak hanya Denmark, negara-negara Eropa lain pun mulai menunjukkan taringnya. Carolina MarÃn dari Spanyol adalah fenomena tersendiri. Dengan semangat juang tak kenal lelah dan teriakan khasnya, Marin berhasil mengukir sejarah sebagai Juara Dunia tunggal putri tiga kali (2014, 2015, 2018) dan peraih emas Olimpiade Rio 2016. Ia adalah bukti nyata bahwa talenta bulutangkis bisa mekar di luar tradisi Asia.
Di sektor ganda, meskipun tantangan dari Asia tetap berat, Eropa telah menunjukkan peningkatan signifikan. Pasangan ganda putra Inggris, Nathan Robertson/Gail Emms, pernah mengejutkan dunia dengan meraih gelar Juara Dunia ganda campuran pada 2007.
Diganda putri, dua bersaudara asal Bulgaria, Gabriela dan Stefani Stoeva, secara konsisten menjadi ancaman di turnamen-turnamen besar, bahkan mempertahankan gelar di Kejuaraan Bulutangkis Eropa beberapa kali.
Perancis juga kini muncul sebagai kekuatan baru dengan talenta muda seperti Alex Lanier yang menjadi Juara Tunggal Putra Kejuaraan Bulutangkis Eropa 2025, serta duo bersaudara Christo dan Toma Junior Popov di sektor ganda putra yang juga menunjukkan potensi besar.
Sementara itu, Jerman memiliki ganda putra Mark Lamsfuss/Marvin Seidel yang kerap menyulitkan lawan-lawannya.
Perkembangan pesat ini tidak terlepas dari investasi serius dalam pembinaan dan infrastruktur. Federasi Bulutangkis Eropa (Badminton Europe) dan federasi nasional terus meningkatkan program pelatihan, turnamen junior, serta fasilitas.
Peningkatan penjualan peralatan bulutangkis di Eropa, dengan proyeksi mencapai US$1.174,6 juta pada tahun 2030 (dengan CAGR 5.8% dari 2024), juga mengindikasikan semakin populernya olahraga ini di kalangan masyarakat.
Baca Juga : https://azkadinaku.blogspot.com/2025/06/kebutuhan-pupuk-bersubsidi-di-gudang.html
Kejuaraan Bulutangkis Eropa (European Championships) menjadi barometer penting kemajuan ini, dengan semakin banyak negara yang mampu bersaing dan merebut gelar. Dari turnamen yang diselenggarakan rutin sejak 1968 ini, kita melihat perubahan peta kekuatan, di mana selain Denmark, negara-negara seperti Spanyol, Inggris, Prancis, hingga Bulgaria mampu meraih medali emas.
Kebangkitan bulutangkis Eropa adalah narasi tentang ketekunan, investasi, dan keberanian untuk menantang status quo. Meskipun dominasi Asia mungkin masih terasa kuat, "elang-elang" Eropa telah membuktikan bahwa mereka bukan lagi sekadar peserta, melainkan pesaing tangguh yang siap merebut takhta tertinggi bulutangkis dunia. Ini adalah era baru yang menjanjikan persaingan yang lebih seru dan warna-warni di kancah bulutangkis global. ( *** )
Beri komentar dengan bijak