Salah satu upaya Pemerintah untuk
melindungi petani saat gagal panen adalah dengan Program Asuransi Usaha Tani
Padi (AUPT). Petani hanya dengan membayar Rp 36 ribu permusim tanam, bisa
mendapatkan klaim asuransi sebesar Rp 6 juta perhektare.
“Hanya dengan membayar Rp 36 ribu
permusim tanah atau sekitar 90-95 hari, atau mengumpulkan uang rata-rata Rp 300
perhari, bisa mendapatkan Rp 6 juta saat tanaman padinya dinyatakan puso,” kata
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal, Ir Khofifah MM
usai melakukan rapat koordinasi (rakor) dengan Komisi III DPRD Kabupaten Tegal,
( 05/07 )
Menurut
Khofifah Kementrian Pertanian melalui Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan
(POPT) telah melakukan penelitian di Kabupaten Tegal sekitar 15 hari lalu. POPT
belum menemukan adanya tanaman padi yang puso. Namun, ada tanaman padi yang
mengalami rusak ringan dan berat. Jika ditemukan tanaman padi yang puso, maka
pemerintah siap mengucurkan dana melalui program AUTP. Akan tetapi, klaim
asuransi itu diberikan kepada petani yang sudah mengikuti program tersebut.
“Kabupaten
Tegal mendapatkan peringkat pertama untuk kinerja program AUTP dengan jumlah
peserta sekitar 15 ribu. Dengan prestasi itu, kami mendapatkan target tambahan
di tahun 2019 sebanyak 5 ribu hektare,” terang Khofifah.
Menurut
dia, program asuransi sudah dirasakan banyak petani di Kabupaten Tegal,
terutama petani dari wilayah Kecamatan Warureja, Suradadi, Balapulang dan
wilayah lainnya. Untuk menyukseskan program tersebut, pihaknya menggandeng produsen
pupuk melalui program CSR untuk membayarkan iuran asuransi petani sekitar 2
ribu hektare. Selain itu, pihaknya juga mengusulkan bantuan benih bagi petani
yang mengalami gagal panen.
“Pendaftaran
asuransi dilakukan melalui kelompok tani. Kami berharap petani dengan sadar
melindungi tanamannya melalui program AUTP,” harapnya.
Sementara
itu, lanjut dia, untuk mengatasi kekeringan di wilayah pantura Kabupaten Tegal,
pihaknya sudah berkoordinasi dengan PSDA Pemali-Comal untuk meminta suplai air.
Pada Jumat (28/7) lalu, wilayah Warureja dan Suradadi mendapatkan suplai air
dari Kejene, Pemalang sebesar 1.100 meterkubik per detik. Walaupun belum
mencukupi untuk kebutuhan semua wilayah yang kekeringan di pantura, namun hal
itu bisa sedikit membantu para petani.
“Petani
harus tetap sabar dan tabah, karena mereka (petani-red) pejuang ketahanan
pangan,” pungkasnya. ( *** )
Beri komentar dengan bijak